General

Work From Office Saat New Normal? Bagaimana Caranya?

Dipublikasi 12-05-2021

Mendekati New Normal, berbagai bisnis mulai menerapkan kembali aktivitas Work From Office bagi karyawannya. Namun pelonggaran peraturan ini bukan berarti perusahaan dapat kembali melaksanakan operasional mereka seperti biasa. Berbagai regulasi seperti PPMK mengharuskan perusahaan untuk beradaptasi untuk mengakomodir protokol kesehatan di dalam operasional mereka. Dan tentu hal itu bukanlah perkara mudah.


Setelah setahun lebih pandemi COVID-19 berjalan, akhirnya manusia dapat perlahan kembali menjalankan kehidupan normal mereka yang dulu. Dengan ditemukannya vaksin dan angka penularan positif yang kian menurun, Pemerintah Indonesia mulai membuka kembali berbagai sektor publik termasuk perkantoran, yang berarti perusahaan dapat kembali menerapkan aktivitas bekerja di kantor atau yang kini lebih dikenal dengan work from office (WFO).


Tetapi dengan pelonggaran peraturan tersebut, bukan berarti perusahaan dapat dengan santai menjalankan operasional mereka seperti dulu kala. Karena meski melemah, pandemi COVID-19 ini tetap masih ada. Jika lengah, bukan tidak mungkin pandemi akan semakin bertambah parah dan kasus penularan positif semakin meningkat.


Karena itu pemerintah mencanangkan sebuah skenario kenormalan baru atau New Normaldimana masyarakat dapat kembali melakukan aktivitas mereka termasuk aktivitas WFO, namun dengan tatanan baru yang berbasis protokol kesehatan yang baik untuk meminimalisir penularan COVID-19.


Skenario ini didukung oleh regulasi pemerintah berupa peraturan PPMK yang membatasi aktivitas di sektor publik tak melebihi kapasitas 50%. Peraturan ini sudah diterapkan di banyak provinsi di Indonesia termasuk Jakarta. Selain itu, pemerintah juga memberikan imbauan tentang penerapan protokol kesehatan bertajuk 3M dan 3T yang sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh masyarakat demi menekan angka penulran positif COVID-19.


Imbauan 3 M dan 3 T


Ichsan2.jpeg


3M dan 3T adalah imbauan yang dikampanyekan oleh pemerintah sebagai upaya perlawanan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di masyarakat. Imbauan yang diberikan ini dibagi atas tindakan pencegahan (3M) dan penanganan (3T) yang dinilai efektif untuk menghadapi pandemi COVID-19 ini.


3M merupakan serangkaian kebiasaan yang dapat dilakukan masyarakat sebagai bentuk pencegahan penularan berbagai penyakit menular, terutama COVID-19. Terdiri dari kegiatan mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker, 3M memiliki basis kegiatan pola hidup sehat yang cukup umum sehingga mudah untuk dilakukan oleh siapa saja.


Jika terjadi indikasi positif COVID-19, dilakukanlah 3T, yang teridiri dari tindakan tracing, testing, dan treatment. Tracing adalah upaya pelacakan kontak manusia yang dilakukan oleh seseorang yang terindikasi positif COVID-19. Testing adalah tindakan pengecekan terhadap terindikasi positif untuk memastikan bahwa indikasi tersebut terkonfirmasi. Sementara treatment, adalah tindakan penanganan dan pengobatan bagi orang-orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19.


Meski seharusnya kedua imbauan pencegahan dan penanganan ini dilakukan atas kesadaran masing-masing individu, implementasi imbauan ini di masyarakat seringkali dibebankan ke perusahaan tempat aktivitas publik terjadi. Bahkan regulasi seperti PPMK daerah dibuat untuk memastikan bahwa perusahaan yang menjadi tempat aktivitas publik ini mengimplementasikan protokol kesehatan (prokes) yang berbasis dari imbauan 3M dan 3T di dalam operasional mereka.


Karena itu, perusahaan yang ingin mengadakan kembali kegiatan WFO tak bisa serta merta melaksanakan operasional mereka seperti biasa. Perusahaan akhirnya harus bisa beradaptasi untuk mengakomodir kebijakan yang ada demi kepentingan bersama. Dan tentu hal itu bukan perkara yang mudah.


Implementasi protokol baru seperti prokes di dalam operasional perusahaan membutuhkan resource tambahan entah dalam bentuk perangkat baru atau edukasi bagi para karyawan mereka, sehingga biaya operasional perusahaan secara keseluruhan menjadi meningkat.


Sumber daya manusia (SDM) yang terdedikasi juga harus disiapkan untuk memastikan pengimplementasian protokol operasional baru ini berjalan mulus. Hal ini dapat membatasi fleksibilitas perusahaan jika terjadi suatu hal yang penting dan membutuhkan SDM lebih.


CATAPA Safe Untuk Work From Office (WFO) yang Lebih Aman


Ichsan3.png


Beruntung di era dengan perkembangan teknologi seperti sekarang, perusahaan dapat menemukan beragam solusi berbasis software yang dapat membantu mereka menerapkan kebijakan implementasi 3M dan 3T dalam operasional mereka.


Solusi berbasis software pada umumnya lebih mudah dan murah untuk diimplementasikan karena tak perlu membeli perangkat baru. Selain itu, perusahaan juga dapat lebih fleksibel untuk memfokuskan SDM mereka untuk hal yang lebih membutuhkan perhatian di saat implementasi prokes sudah ditangani oleh solusi berbasis software ini.


Salah satu contoh solusi berbasis software yang dapat menjadi dapat menjadi referensi adalah CATAPA Safe.


CATAPA Safe merupakan aplikasi tracking, tracing dan isolate karyawan yang dirancang untuk melacak estimasi jarak karyawan satu dengan yang lain, berapa lama mereka saling berdekatan, serta dapat digunakan untuk menemukan dan menelusuri kontak erat karyawan yang terindikasi positf COVID-19.


Aplikasi ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk membantu mengimplementasikan imbauan 3M dan 3T saat kegiatan WFO berlangsung, khususnya di bagian menjaga jarak dan tracing. CATAPA Safe memiliki beberapa fitur andalan, seperti:

Ichsan4.png


CATAPA Safe menggunakan basis teknologi sinyal Bluetooth Low Energy (BLE) yang umum digunakan oleh kebanyakan telepon genggam modern. Hal ini membuat CATAPA Safe lebih mudah untuk diimplementasikan dengan impact performa yang minim terhadap telepon genggam penggunanya.

Ichsan5.jpeg


Menggunakan teknologi BLE tersebut, CATAPA Safe dapat melacak estimasi jarak antar karyawan yang cukup akurat. CATAPA Safe juga dapat memberi peringatan langsung di ponsel karyawan terkait jika karyawan tersebut dianggap terlalu berdekatan antara satu sama lain dalam durasi yang terlalu lama.


– Lacak dan Telusuri Riwayat Kontak Karyawan.


Ichsan6.jpeg


CATAPA Safe juga mencatat informasi kontak antar karyawan yang dapat memudahkan dan mempercepat proses tracking dan tracing di saat telah terjadi adanya indikasi positif COVID-19 di perusahaan pengguna. Peningkatan kecepatan respons ini berpotensi untuk menekan penyebaran COVID-19 di perusahaan jika memang terjadi kasus positif COVID-19. Karena semakin cepat proses pelacakan dilakukan, maka semakin cepat pula tindakan isolasi dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.


- Privasi Terjaga, Data Milik Pribadi


Ichsan7.jpeg


Informasi yang tercatat dalam CATAPA Safe disimpan secara lokal sehingga lebih aman, dapat diakses kapan saja, dan lebih cepat dalam melakukan proses tracking dibandingkan aplikasi sejenis.


Penggunaan solusi berbasis software seperti aplikasi CATAPA Safe merupakan salah satu cara termudah bagi sebuah perusahaan untuk beradaptasi untuk mengakomodir regulasi prokes di dalam operasional mereka. Dengan solusi seperti CATAPA Safe, perusahaan dapat lebih fleksibel mengatur fokus mereka untuk hal-hal yang lebih urgent.


Selain itu, penggunaan CATAPA Safe juga dapat meningkatkan kecepatan respons perusahaan terhadap kemungkinan kasus terburuk adanya indikasi positif COVID-19, sehingga secara keseluruhan kegiatan WFO yang dilakukan perusahaan di masa mendekati new normal ini dapat berjalan dengan lebih aman.


Sumber
  1. CATAPA

Masih memiliki pertanyaan?

CATAPA selalu siap menjawab pertanyaan Anda.

Kirim Pertanyaan
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.